Alloh S.W.T. berfiman
sebagaimana tersebut dalam Q.S. An-Nisaa: 19 , “WA
‘AASYIRUUHUNNA
BILMA’RUUFI” Artinya : “ Dan
pergauilah mereka (istri-
istrimu) dengan baik.“
Yang
dimaksud adalah pergaulan
secara adil. Baik dalam
pembagian giliran (kalau
kebetulan polygami),
pemberian belanja dan
berperangai baik dalam ucapan
dan tindakan.
Dalam Q.S. Al-Baqoroh ayat
228 diterangkan: Artinya : “Dan
para wanita mempunyai hak
yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara
yang ma’ruf. Akan tetapi para
suami mempunyai suatu
tingkatan kelebihan daripada
istrinya.”
Diriwayatkan dari nabi S.A.W
bahwa, saat beliau menunaikan
haji wada’ beliau bersabda :
Setelah beliau memuji Alloh
S.W.T dan menyanjung-Nya
serta memberi petuah pada
kaum muslimin yang hadir,
Beliau melanjutkan sabdanya:
“Ingatlah, berikanlah wasiat
kepada para wanita secara
baik, karena mereka hanyalah
sebagai tawanan dihadapanmu.
Sesungguhnya kalian tidak
memiliki apapun dari mereka
kecuali kebaikan. kecuali jika
mereka itu (wanita) datang
dengan membawa perbuatan
buruk yang jelas. Kalau wanita
melakukan perbuatan tercela,
maka berpisahlah sebatas
tempat tidur dan pukullah
dengan pukulan yang tidak
membahayakan. Kalau istrimu
mentaati maka kamu jangan
mencari alasan lain untuk
mengusiknya. Ingatlah
sesungguhnya kamu
mempunyai hak atas istri
dirimu. Diantara hak kalian atas
istri-istrimu adalah melarang
istrimu menggelar tikarmu
terhadap orang yang tidak
kamu sukai dan tidak
mengijinkan istri-istrimu
memasukkan orang yang tidak
kamu sukai. Ingatlah, bahwa
diantara hak-hak istrimu adalah
memberi pakaian yang baik
kepadanya dan demikian pula
dalam hal makanannya.”
Rasululloh S.A.W bersabda,
Artinya: “Hak istri atas suami
adalah memberi makan
kepadanya jika ia (suami)
makan, memberi pakaian
kepadanya apabila ia (suami)
berpakaian, dan jangan
menampar wajah, jangan
menjelek-jelekkan dan jangan
membiarkan (memisahkannya)
kecuali dalam hal tempat tidur.
(riwayat Thamrani dari
Muawiyah bin Haidah).
Rosululloh S.A.W. bersabda :
“AYYUMAA ROJULIN
TAZAWWAJA IMROATAN
‘ALAA MAAQOLLA
MINALMAHRI AU KATSURO
LAISYA FII NAFSIHI
ANYUADDIYA HAQQOHAA
KHODDA’AHAA FAMAATA
WALAM YUADDI ILAIHAA
HAQQOHAA LAQIYALLOHA
YAUMAL QIYAMATA
WAHUWA ZAARIN”
Artinya: “Siapapun orang laki-
laki yang menikahi seorang
wanita dengan maskawin yang
hanya sedikit atau banyak,
tetapi drinya berniat untuk
tidak memenuhi hak-hak istri
(yakni bermaksud menipunya)
lalu lelaki itu mati hingga belum
pernah memenuhi hak-hak
istrinya, maka dihari kiamat
kelak ia akan menghadap Alloh
S.W.T dengan menyandang
predikat sebagai pezina.”
Rosululloh S.A.W. bersabda :
“INNA MIN AKMALIL
MU’MINIINA IIMAANAN
AHSANUHUM KHULUQON
WAALTHOFUHUM BIAHLIHII. ”
Artinya: ”Sesunguhnya diantara
kesempurnaan keimanan orang
mukmin adalah mereka yang
lebih bersikap kasih sayang
(berlaku lemah lembut)
terhadap istrinya.” (riwayat
Turmudzi dan Hakim dari
Aisyah).
Rasulullah S.A.W bersabda:
“KHOIRUKUM KHOIRUKUM
LIAHLIHII WA ANA
KHOIRUKUM LI AHLII. ”
Artinya : “Sebaik-baik orang
diantara kamu adalah mereka
yang paling bagus terhadap
istri-istrinya. Dan aku adalah
orang yang terbaik diantaramu
terhadap keluarga (istri-istri)ku.” (Riwayat Ibnu Hibban).
Dalam riwayat lainnya
dikatakan :
Artinya : “Sebaik-baik orang diantara kamu
adalah mereka yang paling
bagus terhadap istri-istrinya,
dan aku adalah orang yang
lebih bagus diantaramu
terhadap istri-istriku.”
Rasulullah S.A.W. bersabda :
“MAN SHOBARO’ALA SUUI
KHULUQI IMROATIHII
A’THOOHU ALLAHU MINAL
AJRI MITSLAMAA U’THIYA
AYYUUBU
‘ALAIHISSALAAMU’ALA
BALAA IHI WA MAN
SHOBAROT ‘ALASUI KHULUQI
ZAUJIHAA A’THOOHALLAHU
MINAL AJRI MITSLATS.A.WAA
BI AASIYATA IMROATA
FIR’AUNA.”
Artinya : “Barang
siapa bersabar atas keburukan
kelakuan istrinya maka Allah
S.W.T. akan memberi pahala
kepadanya seperti pahala yang
pernah diberikan Allah S.W.T. kepada Nabi Ayyub AS atas
cobaan yang diterimanya. Dan
barang siapa bersabar atas
keburukan kelakuan suaminya
maka Allah S.W.T. memberi
pahala kepadanya seperti
pahala yang pernah diberikan
kepada Asiyah istri Fir’aun.”
Perlu diketahui bahwa cobaan
yang diberikan Allah S.W.T. kepada Nabi Ayyub AS adalah
terdiri dari empat macam
cobaan. Meliputi cobaan atas
kebangkrutan (pailit)
kekayaannya, kematian semua
anak-anaknya, kerusakan pada
tubuhnya dan diasingkan oleh
masyarakat kecuali hanya
istrinya saja yang setia
menemani.
Kehancuran harta
kekayaan Nabi Ayyub AS
terdiri dari unta, sapi, kambing,
gajah, khimar (keledai).
Kekayaan lain milik Beliau
adalah 500 hektar tanah
persawahan, semuanya digarap
oleh 500 orang, pada setiap
orang mempunyai anak istri.
Pengikut Beliau terdiri dari 3
golongan semua telah beriman
dan masih berusia muda.
Iblis yang diberikan kekuasaan
oleh Allah S.W.T. dapat turun
naik dari bumi ke langit
sewaktu dikehendaki,
mempunyai maksud naik ke
langit. Tiba-tiba Iblis mendengar
para malaikat membaca
Sholawat atas Nabi Ayyub AS.
Saat itu juga timbullah rasa
Hasud di dalam hatinya.
Ia
berkata memohon kepada
Allah S.W.T : “ WAHAI TUHAN,
SEKARANG INI AKU MEMANG
TELAH MENYAKSIKAN SENDIRI
HAMBA-MU AYYUB SANGAT
RAJIN BERSYUKUR SERAYA
MEMUJI KEPADA-MU. TETAPI
KALAU ENGKAU MEMBERI
COBAAN KEPADAKU TENTU
DIA TIDAK AKAN BERSYUKUR
DAN TIDAK PULA
MENTAATINYA.
Allah S.W.T berfirman kepada
Iblis : “BAIK, SILAKAN KAMU
MERANGKAP. SEKARANG AKU
BERI KEKUASAAN KEPADAMU
UNTUK MENCOBA AYYUB AS
MELALUI HARTA
KEKAYAANNYA.”
Iblis
berangkat. Ia mengumpulkan
semua anak buah terdiri dari
syaitan dan jin ia katakan
kepada mereka: “ SEKARANG
AKU TELAH DIBERI
WEWENANG UNTUK MENCOBA
AYYUB AS MELALUI
HARTANYA.”
Lebih lanjut iblis berkata lagi : “
IFRIT, SEKARANG KAU KUBERI
TUGAS MEMBAKAR TEMPAT
PENGGEMBALAAN UNTA-UNTA
MILIK AYYUB AS DAN
SEKALIGUS MEMBUNUH SEMUA
UNTA-UNTA ITU.
LAKSANAKAN !” Iblis datang
menjumpai Ayyub AS, saat
mana ketika itu Beliau sedang
melaksanakan sholat. Iblis
berkata kepadanya: “ TEMPAT
PENGGEMBALAAN UNTA-
UNTAMU TERBAKAR, DAN
SELURUH UNTA MILIKMU IKUT
TERBAKAR PULA. ”
Apa kata
Nabi Ayyub AS: “
ALKHAMDULILLAH. ALLAH
S.W.T SENDIRI YANG
MEMBERIKAN KEKAYAAN ITU
KEPADAKU DAN HANYA DIA
SAJA YANG BERHAK
MENGAMBIL KEMBALI. ”
Iblis tidak berhenti sampai
disitu. Ia meningkat lagi pada
kekayaan yang lain. Ia
hancurkan semua kambing
milik Nabi Ayyub As, berikut
tempat penggembalaannya. Ia
datang ke Nabi Ayyub As
seraya memberitahukan
peristiwa itu. “ANGIN PANAS
TELAH MENGHANCURKAN
KEBUNNYA, TIDAK ADA YAMG
TERSISA SEDIKITPUN,” kata
iblis sehabis merusak semua
kebun milik Nabi Ayyub AS.
Apa kata Nabi Ayyub As. “
ALKHAMDULILLAH..” kemudian
Beliau memuji Allah S.W.T dan
menyanjung-Nya. ”
Usaha iblis belum berhenti
sampai disitu. Ia kembali
menghadap Allah S.W.T seraya
memohon agar diberi
kekuasaan untuk mencoba
Nabi Ayyub AS melalui anak-anaknya. Allah berkata: ”Silakan,
pergilah. Aku memberi
kekuasaan penuh kepadamu
untuk mencoba Ayyub melalui
anak-anaknya.” Iblis
berangkat. Yang dituju adalah
gedung tempat anak-anak Nabi
Ayyub As berlindung di
bawahnya. Gedung itu
diguncang lalu hancur menindih
habis anak-anak Nabi Ayyub
As, semuanya mati. Iblis lalu
memberi Nabi Ayyub As
tentang bencana yang
menimpa anak-anaknya.
Apa reaksi Beliau?.
Nabi Ayyub
AS malah beristighfar
memohon ampun kepada Allah
S.W.T.
Usaha iblis tetap tidak
menghasilkan apapun untuk
merubah ketaatan Nabi Ayyub
As. Beliau tetap taat kepada
Allah S.W.T. dan bersyukur
kepada-Nya.
Iblis kembali
menghadap Allah S.W.T seraya
memohon agar diberi
kekuasaan untuk menguji nya.
Allah berkata kepadanya: “SILAKAN. AKU BERI
KEKUASAAN KEPADAMU
UNTUK MENGUJI MELALUI
TUBUH LISAN DAN AKALNYA.
TETAPI BUKAN HATINYA.”
Iblis segera berangkat untuk
menggoda Nabi Ayyub As.
Sampai ketempat yang dituju
ternyata Beliau sedang
bersujud. Iblis datang dari arah
kepala Beliau, lalu meniup kedua
lubang hidungnya dengan sekali
tiup. Seketika itu badan Nabi
Ayyub As serasa gatal-gatal.
Makin lama terasa semakin
gatal. Nabi Ayyub As
menggaruk-garuk
bagian-bagian tubuh yang gatal
dengan ujung-ujung jemarinya.
Tetapi belum juga hilang gatal-gatal itu.
Nabi Ayyub As mencoba
menggaruk-garuknya dengan
kain kasar. Belum juga hilang
gatal-gatal itu. Lalu
menggunakan kerewang
(pecahan genting) dan batu.
Beliau tidak henti-hentinya
menggaruk badannya hingga
melepuh, sehingga bernanah
dan berbau busuk. Masyarakat
sekitarnya menganggap
berbahaya terhadap penyakit
yang sedang dialami Nabi
Ayyub As. Mereka sepakat
mengasingkan Beliau ke luar
daerah. Beliau terusir ke tempat
yang kotor. Mereka
membuatkan untuk Beliau
sebuah gubuk yang hanya
ditemani istrinya yang
bernama Rahmah.
Meskipun demikian istri beliau,
Rahmah, selalu setia
melayaninya. Ia berbuat baik
sekali kepadanya. Ia perlakukan
suaminya penuh kasih sayang.
Kebutuhan-kebutuhan makan
dan minumnya selalu
diperhatikan. Kaum Nabi
Ayyub As yang mendeportasi
dirinya terdiri dari tiga
golongan. Namun begitu
semuanya masih tetap dalam
keimanan semula. Mereka tidak
meninggalkan agamanya.
Dalam kisah lain diriwayatkan
bahwa, ada seseorang
bermaksud menghadap Umar
Bin Khattab hendak
mengadukan perihal perangai
buruk istrinya. Sampai ke
rumah yang dituju orang itu
menanti Umar Ra di depan
pintu. Saat itu ia mendengar
istri Umar mengomeli dirinya,
sementara Umar sendiri hanya
berdiam diri saja tanpa
bereaksi. Orang itu bermaksud
balik kembali sambil
melangkahkan kaki seraya
bergumam: ”KALAU KEADAAN
AMIRUL MUKMININ SAJA
BEGITU, BAGAIMANA HALNYA
DENGAN DIRIKU. ”
Bersamaan itu Umar keluar,
ketika melihat orang itu hendak
kembali. Umar memanggilnya,
katanya : ”ADA KEPERLUAN
PENTING ?”. Ia menjawab : ”
AMIRUL MUKMININ,
KEDATANGANKU INI
SEBENARNYA HENDAK
MENGADUKAN PERIHAL
ISTRIKU LANTARAN SUKA
MEMARAHIKU. TETAPI BEGITU
AKU MENDENGAR ISTRIMU
SENDIRI BERBUAT SERUPA,
MAKA AKU BERMAKSUD
KEMBALI. DALAM HATI AKU
BERKATA: KALAU KEDAAN
AMIRUL MUKMININ SAJA
DIPERLAKUKAN ISTRINYA
SEPERTI ITU, BAGAIMANA
HALNYA DENGAN DIRIKU.”
Umar berkata
kepadanya: ”SAUDARA,
SESUNGGUHNYA AKU RELA
MENANGGUNG PERLAKUAN
SEPERTI ITU DARI ISTRIKU
KARENA ADANYA BEBERAPA
HAK YANG ADA PADANYA.
ISTRIKU BERTINDAK SEBAGAI
JURU MASAK MAKANANKU. IA
SELALU MEMBUATKAN ROTI
UNTUKKU. IA SELALU
MENCUCIKAN PAKAIAN-PAKAIANKU. IA MENYUSUI
ANAK-ANAKKU, PADAHAL
SEMUA ITU BUKAN
KEWAJIBANNYA. AKU CUKUP
TENTRAM TIDAK MELAKUKAN
PERKARA HARAM LANTARAN
PELAYANAN ISTRIKU. KARENA
ITU AKU MENERIMANYA
SEKALIPUN DIMARAHI.”
Kata orang itu : ”AMIRUL
MUKMININ, DEMIKIAN
PULAKAH TERHADAP
ISTRIKU?”.
Jawab Umar : ”YA,
TERIMALAH MARAHNYA.
KARENA YANG DILAKUKAN
ISTRIMU TIDAK AKAN LAMA,
HANYA SEBENTAR SAJA.”
Tentang kisah Asiyah
lengkapnya begini; ketika Nabi
Musa As mengalahkan para
tukang sihir Fir’aun, keimanan
Asiyah semakin mantap.
Keimananya kepada Allah itu
sendiri itu sebenarnya sudah
lama tertanam didalam hatinya,
dan ia tidak menyatakan Fir’aun
(suaminya) sebagai Tuhan.
Begitu Fir’aun semakin jelas
mengetahui keimanan istrinya,
maka ia menjatuhkan hukuman
kepadanya.
Kedua tangan dan kakinya
diikat. Asiyah ditelentangkan
diatas tanah yang panas,
wajahnya dihadapkan kesinar
matahari. Manakala para
penyiksanya kembali, malaikat
menutup sinar matahari
sehingga siksaan itu tidak
terasa. Belum cukup siksaan itu
dilakukan Fir’aun, ia kembali
memerintahkan algojonya
supaya menjatuhkan
sebongkah batu besar kedada
Asiyah.
Manakala Asiyah melihat batu
besar itu hendak dijatuhkan
padanya, beliau berdoa kepada
Allah S.W.T.: ”ROBBI IBNILII
‘INDAKA BAITAN FIL JANNAH.
” Artinya :” Wahai Allah S.W.T,
Tuhanku, bangunkanlah
untukku disisi-Mu sebuah
gedung di Syurga, (Q. S. At
Tahrim, ayat 11).
Segera Allah memperlihatkan
sebuah bangunan gedung di
syurga yang terbuat dari
marmer berwarna mengkilat.
Asiyah sangat bergembira, lalu
ruhnya keluar menyusul
kemudian barulah sebongkah
batu besar itu dijatuhkan pada
tubuhnya sehingga beliau tidak
merasakan sakit, karena
jasadnya sudah tidak
mempunyai nyawa.
Syeikh habib Abdullah Al
Haddad mengatakan, seseorang
yang sempurna adalah orang
yang mempermudah hak-haknya, tetapi tidak
mempermudah (meremehkan)
hak-hak Allah. Sebaliknya orang
yang kurang sempurna adalah
orang yang diketahui berlaku
sebaliknya.
K I S A H
Ada seorang salih, ia
mempunyai saudara (kawan)
yang salih pula. Setiap tahun ia
berkunjung kepadanya. Suatu
hari ia mengunjunginya lagi,
sampai ke rumah yang dituju
pintunya masih tertutup. Ia
ketuk pintu rumah itu. Dari
dalam terdengar suara wanita:
“SIAPA ITU?” Orang yang salih
menjawab: “AKU, SAUDARA
SUAMIMU. AKU DATANG
UNTUK MENGUNJUNGINYA,
HANYA KARENA ALLAH
SEMATA.” “DIA SEDANG
KELUAR MENCARI KAYU
BAKAR, BALAS ISTRI
SAHABATNYA. MUDAH-MUDAHAN IA TIDAK KEMBALI.”
Lanjutnya sambil terus
bergumam memaki-maki
suaminya. Ketika mereka
sedang terlibat perbincangan,
tiba-tiba orang yang salih itu
datang sambil menuntun
seekor harimau yang sedang
membawa seikat kayu bakar.
Begitu melihat saudaranya
datang mengunjunginya, ia
menghambur kepadanya
seraya bersalam. Kayu bakar
itu lalu diturunkan dari
punggung harimau tersebut.
Katanya kemudian:
“SEKARANG PERGILAH KAMU,
MUDAH-MUDAHAN ALLAH
MEMBERKAHIMU.”
Orang yang salih itu (yakni
yang empunya rumah) lalu
mempersilakan saudaranya
masuk. Sementara isterinya
masih bergumam memaki-maki
dirinya. Namun sebegitu jauh ia
hanya berdiam, tanpa
menunjukkan reaksi kebencian.
Setelah terlibat perbincangan
beberapa saat lamanya,
hidangan keluar disuguhkan.
Dilanjutkan berbincang-bincang
hingga beberapa saat. Setelah
itu saudaranya berpamitan
dengan menyimpan
kekaguman yang sangat
berkesan. Ia sangat kagum
sebab saudaranya sanggup
menekan kesabarannya
menghadap isteri yang begitu
cerewet dan berlidah panjang.
Tahun berikutnya ia
berkunjung lagi. Sampai di
depan pintu ia mencoba
mengetuknya. Isterinya keluar
dan menyapa: “TUAN SIAPA?”
“AKU ADALAH SAUDARA
SUAMIMU, BALASNYA.
KEDATANGANKU INI SEMATA
UNTUK MENGUNJUNGINYA. ”
“OH, SELAMAT DATANG, TUAN,” kata isteri saudaranya seraya
mempersilahkan masuk penuh
keramahan. Tidak begitu lama
saudara salih yang ditunggunya
tiba juga sambil memanggul
seikat kayu bakar. Mereka
segera terlibat perbincangan
sambil menikmati hidangan
yang disuguhkan. Setelah
semuanya dirasa cukup, dan
ketika ia hendak kembali, ia
sempatkan bertanya tentang
beberapa hal. Bagaimana dahulu
ia dapat menundukkan seekor
harimau dan mau diperintah
membawakan kayu bakar.
Sedang sekarang ini ia hanya
datang sendirian sambil
memanggul kayu bakar.
“KENAPA BISA BEGITU?” tanya
saudaranya.
Saudaranya
menjawab: ”KETAHUILAH
SAUDARAKU, ISTERIKU YANG
DAHULU BERLIDAH PANJANG
ITU SUDAH MENINGGAL.
SEDAPAT MUNGKIN AKU
BERUSAHA BERSABAR ATAS
PERANGAI BURUKNYA.
SEHINGGA ALLAH MEMBERI
KEMUDAHAN DIRIKU UNTUK
MENUNDUKKAN SEEKOR
HARIMAU, SEBAGAIMANA
PERNAH KAU LIHAT SENDIRI
SAMBIL MEMBAWA KAYU
BAKAR ITU. SEMUANYA
TERJADI LANTARAN
KESABARANKU PADANYA.
LALU AKU MENIKAH LAGI
DENGAN PEREMPUAN YANG
SHALIHAH INI. AKU SANGAT
GEMBIRA MENDAPATKANNYA.
MAKA HARIMAU ITUPUN
DIJADIKAN JAUH DARIKU,
KARENA ITU AKU
MEMANGGUL SENDIRI KAYU
BAKAR ITU, LANTARAN
KEGEMBIRAANKU TERHADAP
ISTERIKU YANG SHALIIHAH INI.”
PERHATIAN
Seorang suami diperbolehkan
memukul isterinya jika tidak
mengindahkan perintahnya
berhias, padahal ia
menghendaki. Atau lantaran
menolak diajak tidur bersama.
Diperbolehkan pula seorang
suami memukul isterinya
lantaran keluar rumah tanpa
memperoleh izinnya. Atau
karena isterinya itu memukul
anak kecil yang sedang rewel.
Atau karena mencaci maki
orang lain, atau karena
menyobek pakaian suaminya,
menjambak jenggotnya, atau
berkata kepada suaminya: “HAI
KAMBING, HAI KELEDAI HAI
ORANG TOLOL, DLL.”
sekalipun pencaciannya itu
didahului oleh sikap suami yang
telah mencacinya.
Demikian pula seorang suami
diperbolehkan memukul
isterinya lantaran isterinya
sengaja memamerkan
wajahnya kepada lelaki lain.
Atau karena asyik berbincang-bincang dengan lelaki lain. Atau
sekalipun ia ikut mendengarkan
pembicaraan suaminya
bersama lelaki lain, dengan
maksud dapat mencuri
pendengaran dari suara lelaki
itu. Atau karena memberikan
sesuatu dari rumah suaminya
berupa barang yang tidak
biasanya diberikan kepada
orang lain. Atau karena
menolak menjalin kekeluargaan
dengan saudara suaminya.
Begitu pula suami dibenarkan
memukul isterinya karena
meninggalkan shalat, setelah
terlebih dulu diperintah tetapi
menolak mengerjakannya.
Pendapat inilah yang lebih kuat.
WASIAT DAN PENGAJARAN
SUAMI
Ketahuilah bahwa, setiap suami
hendaknya pandai-pandai
memberi pengajaran atau
wasiat-wasiat kebajikan
kepada isterinya. Rasulullah
S.A.W mengingatkan :
“ROHIMALLAHU ROJULAN
QOOLA YAA AHLAAHU
SHOLAA TAKUM SHIYAA
MAKUM DZAKAA TAKUM
MISKIINAKUM YATIIMAKUM
JIIROONAKUM LA’ALLAKUM
MA’AHUM FIL JANNATI.”
Artinya: “Mudah-mudahan Allah
merahmati seorang suami
yang mengingatkan isterinya,
‘HAI ISTRIKU, JAGALAH
SHALATMU, PUASAMU,
ZAKATMU. KASIHANILAH
ORANG-ORANG MISKIN DI
ANTARAMU, PARA
TETANGGAMU.
MUDAHMUDAHAN ALLAH
MENGUMPULKAN KAMU
BERSAMA MEREKA DI SURGA’.
”
Hendaknya seorang suami
selalu memperhatikan
nafkahnya sesuai dengan
kesanggupannya. Hendaknya
suami selalu bersabar jika
menerima cercaan isterinya,
atau perlakuan-perlakuan tidak
baik lainnya. Hendaknya suami
mengasihani isterinya, yaitu
dengan bentuk memberi
pendidikan secara baik, kendati
ia seorang terpelajar. Sebab
kaum wanita bagaimanapun
diciptakan dalam keadaan serba
kurang akal dan tipis beragama
(kecuali hanya sedikit saja yang
mempunyai akal panjang dan
beragama kuat).
Tersebut
dalam hadits: “LAU LAA
ANNALLAHA SATAROL MAR
ATA BIL HAYAA ILAKAA
NATS LAA TUSAA WII
KAFFAN MIN TUROOBIN. ”
Artinya: “Kalaulah bukan
karena Allah membuatkan
penutup rasa malu bagi kaum
wanita, niscaya harganya tidak dapat menyamai segenggam
debu. (alhadits).
Hendaknya seorang suami
selalu menuntun isterinya pada
jalan-jalan yang baik. Memberi
pendidikan kepadanya berupa
pengetahuan agama (Islam),
meliputi hukum-hukum bersuci
(Thaharah) dari hadats besar.
Misalnya tentang haid dan nifas.
Seorang isteri harus diberi
pengetahuan tentang persoalan
yang sangat penting itu. Sebab
bagaimanapun masalah itu
berhubungan erat dengan
waktu-waktu shalat.
Demikian pula memberikan
pengajaran terhadap masalah
ibadah. Meliputi ibadah fardhu
(wajib) dan sunnahnya.
Pengetahuan tentang shalat,
zakat, puasa dan haji.
Jika seorang suami telah
memberi pendidikan tentang
persoalan pokok tersebut,
maka isteri tidak dibenarkan
keluar rumah untuk bertanya
kepada ulama. Tetapi kalau
pengetahuan yang dimiliki
suami tidak memadai, sebagai
gantinya maka ia sendiri yang
harus siap untuk selalu
bertanya kepada ulama (orang
yang mengerti ilmu agama).
Artinya, isteri tetap tidak
diperkenankan keluar rumah.
Namun, kalau suami tidak
mempunyai untuk bertanya,
maka isteri dibenarkan keluar
rumah untuk bertanya tentang
persoalan agama yang
dibutuhkan. Hal itu malah
menjadi kewajibannya, dan
bahkan kalau suaminya
melarang keluar berarti telah
melakukan kamaksiatan (dosa).
Tetapi isteri harus meminta
izinnya lebih dulu jika sewaktu-waktu hendak belajar
mengenai ilmu-ilmu tersebut.
Isteri harus memperoleh
keridhaan suaminya.
KEHARUSAN MEMELIHARA
DIRI DAN KELUARGA
Tersebut dalam firman Alloh
Surat Al Tahrim ayat 6: “YAA
AYYUHAL LADZI AAMANUU
QUUU ANFUSAKUM WA
AHLIIKUM NAAROON”
Artinya: Hai orang-orang yg
beriman, peliharalah dirimu
keluargamu dari api neraka.
Dalam menafsirkan ayat
tersebut, Ibnu Abas Ra
mengatakan, ”Berikanlah
pengertian kepada mereka dan
didiklah mereka “ yakni
tentang syariah Islam dan
akhlak-akhlak yang baik.
Tersebut
dalam riwayat dijelaskan :
“INNA ASYADDANNAASI
‘ADZAABAYYAU MAL QIYAA
MATI MAN JAHHALA
AHLAHU” Artinya :
Sesungguhnya di antara
manusia yang paling keras
menerima siksaan kelak di hari
kiamat adalah orang yang
memperbodoh keluarganya,
(yang sengaja membentuk
keluarganya menjadi bodoh).
(al-hadits)
Diriwayatkan dari Abdullah bin
Umar Ra dari Nabi S.A.W,
bahwa beliau bersabda yang
artinya : “Setiap kamu sekalian
adalah penggembala dan kelak
akan ditanya tentang
penggembalaannya. Imam
adalah penggembala dan kelak
dimintai tanggung jawab atas
penggembalaan
(kepemimpinan)nya. Suami
adalah pemimpin keluarganya
dan kelak dimintai pertanggung
jawaban tentang
kepemimpinan (rumah
tangganya). Isteri adalah
pengatur di rumah suaminya,
kelak akan diminta
pertanggungjawaban tentang
pengaturannya (di rumah
suaminya). Pembantu adalah
pelaksana dalam menjalankan
pertanggungjawaban tentang
pelaksanaannya. Anak lelaki
adalah penjaga harta kekayaan
orangtuanya dan kelak akan
diminta pertanggungjawaban
tentang penjagaannya. Jadi
kalian semua adalah
penggembala dan kelak kalian
akan diminta
pertanggungjawaban atas
penggembalaannya. (riwayat
Ahmad, Bukhari, Muslim dan
Abu Dawud).
Rasulullah S.A.W bersabda yang
artinya: ”Takutlah kepada Allah,
takutlah kepada Allah dalam
urusan wanita, karena mereka
adalah merupakan amanat
bagimu. Barangsiapa tidak
menyuruh isterinya
menunaikan shalat dan tidak
mengajarinya, berarti telah
berkhianat kepada Allah dan
Rasul-Nya. (al-hadits).
Di antara akhir kata-kata yang
dipesankan oleh Rasulullah
S.A.W yang diulang tiga kali
hingga lisannya terasa sulit
berkata dan sangat berat,
adalah: “Peliharalah shalat,
peliharalah shalat (mu) dan apa
saja yang ada pada
kekuasaanmu. Janganlah kamu
membebani mereka dengan
perkara yang mereka tidak
mampu menanggungnya.
Takutlah kepada Allah, takutlah
kepada Allah dalam urusan
isteri-isterimu, sesungguhnya
mereka adalah tawanan yang
ada dalam kekuasaanmu. Kamu
mengambil mereka dengan
amanat Allah, dan kamu
mengambil kehalalan farji
mereka dengan firman-firman
Allah. (al-hadits).
Firman Allah dalam surat
Thaaha ayat 132 : WA MUR
AHLAKA BISHOLATI” yang
artinya: “dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan
shalat. Diriwayatkan dari Nabi
S.A.W bahwa beliau bersabda,
yang artinya: “tidak ada dosa
yang lebih besar yang kelak di
hari kiamat dibawa seseorang
menghadap kepada Allah,
daripada orang yang membuat
keluarganya menjadi bodoh.”
Rasulullah S.A.W bersabda,
yang artinya: “Pertama kalli
perkara yang
dipertanggungjawabkan
kepada seseorang di hari
kiamat adalah keluarganya
(yakni isteri) dan anak-anaknya.
Mereka berkata, wahai Tuhan
kami, ambillah hak-hak kami
(tanggung jawab) kami dari
orang ini, karena sesungguhnya
dia tidak mengajarkan kepada
kami tentang urusan agama
kami. Ia memberi makan
kepada kami berupa makanan
dari hasil yang haram, dan kami
tidak mengetahui. Maka orang
itu dihantam (disiksa) lantaran
mencari barang yang haram,
sehingga terkelupas dagingnya,
kemudian dibawa ke neraka.
(alhadits).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar